Semoga benar ,saya termasuk yang
beruntung sebagai pen-direct kebijakan sebuah rumah sakit BUMN- ketika negeri
ini memiliki kebijakan baru berupa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Merasa
beruntung karena bagi saya JKN adalah bagian nyata dari upaya penyelesaian health care di Indonesia.Kementrian
Sosial sendiri dalam hal ini sangat menjunjung cita cita untuk bangsa bahwa
program Jaminan Kesehatan Nasional akan menjadi program jaminan sosial terbaik dan
terbesar di Asia.Maka sebagai praktisi kesehatan, saya ingin menjadi yang
terdepan menyukseskan program Jaminan Kesehatan itu sendiri.
Masih ingat bukan bagaimana
dahulu saya pun berjuang agar golongan golongan tertentu mendapatkan akses
mudah untuk berobat dengan biaya minim atau bahkan gratis. Dahulu – jauh
sebelum program Jaminan Kesehatan Nasional diterapkan di Indonesia. Maka
rasanya seperti gayung bersambut, kini rakyat Indonesia mendapat akses mudah
dan pelayanan yang menuju baik lewat Jaminan Kesehatan Nasioanal.
Hal pertama yang saya tuju adalah
menelusuri apa saja kendala utama yang dihadapi rumah sakit pada era JKN.Bagi
rakyat miskin kini pun sudah dipermudah karena ditanggung oleh pemerintah Bagi
saya ini sangatlah penting.Membaca kemudian me-review tantangan yang dihadapi.
Secara logika, masyarakat kini memiliki kepercayaan tinggi ketika sakit dan
pergi ke rumah sakit karena sudah pasti ada jaminan kesehatan sehingga tak
perlu lagi gusar dengan biaya yang harus dikeluarkan.Dengan begitu, pihak rumah
sakit pun harus sigap bebenah ruang intern nya agar bisa mengimbangi laju
perubahan besar yang terjadi.
Dengan membludaknya pasien pada
era JKN maka kendalam rata rata yang dihadapi rumah sakit adalah terkendala
persiapan dan infrastruktur diantaranya adalah jumlah kamar kelas tiga di
rumahs sakit yang masih kurang 123 unit sehingga jumlah kamar rumah sakit kelas
tiga saat ini tidak bisa menampung 29 juta orang miskin – menurut data yang
didapat dari Badan Penyelanggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Mereview hal ini, membuat saya
menaikkan standar mimpi dan harapan saya terhadap Rumah Sakit PELNI kedepannya
ingin sekali membangun 800 tempat tidur dan membangun Tower Merial sebanyak
300 tempat tidur sehingga ketika Rumah Sakit PELNI genap berusia 100 tahun akan
memiliki 800 kamar tidur.
Masa depan adalah tergantung
bagaimana pelakunya percaya dan bersikeras meraih mimpi-mimpinya.Kita memang
harus bermimpi sebelum mimpi tersebut benar benar terwujud.
Saya
ingin benar benar memberikan pemahaman kepada seluruh tim bahkan kepada seluruh manajemen rumah sakit
di Indonesia bahwa dalam Era JKN, rumah sakit seharusnya menelurkan keseteraan
informasi antara dokter pasien terkait tarif layanan kesehatan, yang selama ini
umumnya timpang sebelah. Berbagai aturan dalam hal readmission,
ketentuan klaim untuk satu episode penyakit mendorong hubungan dokter-pasien
yang continuous
healing relationship. Bukan visit driven relationship. Kolaborasi juga harus
terjadi dalam hubungan antar rumah sakit dalam bentuk berbagai macam kerjasama
yang berpihak pada pasien. Perubahan-perubahan inilah yang harus ada dalam
layanan JKN. Memang cukup radikal, tetapi bila menjadi revolusioner mengapa
tidak ?
Salah satu poin keberhasilan RS Swasta bertahan dan tumbuh di Era JKN adalah efisiensi, demikian yang disebutkan banyak pakar. Namun efisiensi yang seperti apakah yang tepat?
Apakah berarti menjatah alokasi kamar? Mempersingkat lama hari rawat tanpa dukungan bukti scientific? Menurunkan spesifikasi bahan medis habis pakai? Tentu tidak.Kalau begini namanya bad efficiency
Efisiensi yang
paling tepat dalam era JKN ini adalah “Low Cost Operational: Do More,
Charge Less”.
Artinya
efisiensi yang fokus pada peningkatan volume atau utilitas, yang akan
menurunkan unit cost (GoodEfficiency).
Efisiensi dengan meningkatkan volume berarti terjadi peningkatan keterampilan, peningkatan spesifikasi dan peningkatan kesempatan untuk re-investasi. Jadi efisiensi yang tetap menempatkan keselamatan pasien pada fokus kualitas layanan. Tentu saja low cost operational ini memerlukan banyak alat bantu, sehingga para manajer dapat mengendalikan titik-titik utama pemborosan. Disinilah perannya clinical pathway, indikator klinis dan indikator mutu lainnya. Sehingga proses efisiensi yang dilaksanakan tetap dapat berlangsung pada standar mutu, dan diukur secara akurat.
Efisiensi dengan meningkatkan volume berarti terjadi peningkatan keterampilan, peningkatan spesifikasi dan peningkatan kesempatan untuk re-investasi. Jadi efisiensi yang tetap menempatkan keselamatan pasien pada fokus kualitas layanan. Tentu saja low cost operational ini memerlukan banyak alat bantu, sehingga para manajer dapat mengendalikan titik-titik utama pemborosan. Disinilah perannya clinical pathway, indikator klinis dan indikator mutu lainnya. Sehingga proses efisiensi yang dilaksanakan tetap dapat berlangsung pada standar mutu, dan diukur secara akurat.
Konsep ini
bukanlah sesuatu yang baru atau sifatnya hanya wacana. Low Cost Operational telah dilakukan, dengan sukses, di
India. Salah satu tokoh pionirnya adalah dr. Devy Shetty. Seorang spesialis
bedah jantung yang menciptakan rumah sakit dengan 1000 tempat tidur untuk
layanan jantung sehingga tarif operasi jantung di India hanya seperempat hingga
sepertiga tarif di Amerika. Bagaimana kualitas layanannya? Setara, jika tidak
lebih tinggi, dari operasi jantung di Amerika. Bagaimana kualitas implant-nya? Ia
hanya menggunakan implant katup
jantung terbaik di dunia, bahkan untuk pasien-pasien miskin yang biayanya
disubsidi pemerintah. Bagaimana bisa?
Karena dr. Devy
Shetty dan tim-nya melakukan 30-40 operasi jantung per hari. Konsep Do More, Change Less”memang adopsi dari beliau.
Bagaimana di Indonesia? Kita memang belum memiliki rumah sakit dengan ribuan tempat tidur. Namun jika rumah sakit swasta provider BPJS Kesehatan saling berkolaborasi melakukan group purchasing untuk pengendalian harga beli dan implementasi clinical pathway untuk pengendalian lama hari rawat, tentu dapat menghasilkan perubahan positif dalam pelayanan pasien peserta JKN serta pertumbuhan keuangan bagi rumah sakit itu sendiri.
Bagaimana di Indonesia? Kita memang belum memiliki rumah sakit dengan ribuan tempat tidur. Namun jika rumah sakit swasta provider BPJS Kesehatan saling berkolaborasi melakukan group purchasing untuk pengendalian harga beli dan implementasi clinical pathway untuk pengendalian lama hari rawat, tentu dapat menghasilkan perubahan positif dalam pelayanan pasien peserta JKN serta pertumbuhan keuangan bagi rumah sakit itu sendiri.
Salah satu kesadaran
nyata yang harus diakui keterlambatannya, sebenarnya adalah program JKN sendiri
di Indonesia termasuk inovasi yang terlambat dibandingkan negara negara
tetangga lainnya.Mengapa saya teguh memperjuangkan JKN? Pada dasarnya setiap
warna negara berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas
pangan,pakaian,perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan.Kini mata negeri ini telah terbuka dengan memfasilitasi hal hak
warga negara tersebut
Selain itu, Pemernitah juga menerapkan
prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional. Prinsip pertama, Kegotongroyongan,
yang artinya warga yang mampu secara finansial membantu warga yang tidak mampu,
warga yang sehat membantu warga yang sakit atau beresiko tinggi. Lebih tepatnya
peserta JKN. Bagi warga/peserta yang telah memiliki asuransi komersil tidak
masalah dan sangat dianjurkan untuk tetap mendukung alasan-alasan di atas
dengan mendaftar JKN, begitu pula warga asing yang memperkerjakan warga lokal
di Indonesia.
Prinsip kedua adalah Nirlaba. BPJS atau Pemerintah tidak mengambil keuntungan
dari program JKN. Dana yang terkumpul dari iuran yang dibayarkan, digunakan
untuk kepentingan bersama dan rakyat. Prinsip ketiga, Keterbukaan,
kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Maksud dari prinsip
ketiga, pengelolaan dana JKN bisa dilihat oleh masyarakat, BPJS secara periodik
akan mengumumkan laporan – bisa dilihat website/media massa – atau peserta bisa
meminta untuk melihat laporan pengelolaan dana ini dari BPJS. Prinsip lainnya
yang perlu kita ketahui, yaitu prinsip kepesertaan bersifat wajib. Maksudnya
agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.
Rasanya, apabila setiap warga dan setiap
praktisi kesehatan,badan kesehatan mau memahami life cyclehadirnya JKN di negeri sendiri, maka sistem kerja
pemerintah pun akan sangat terbantu.
Sebagai praktisi rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
sejak hari pertama (1 Januari 2014), saya sebagai pemimpin di Rumah Sakit PELNI
memang melihat banyak sekali kekurangsiapan dari semua pihak saat JKN
diluncurkan. Namun seiring berjalannya waktu, kurvatur pembelajaran pun berputar.
Baik bagi BPJS Kesehatan, faskes primer, faskes TL bahkan masyarakat atau
pasien.
Saya meyakini bahwa JKN adalah masa depan untuk tercapainya akses
kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Nama boleh
berganti, tampilan kartu pun boleh berubah asal sistemnya dipertahankan.
Diperbaiki dan ditingkatkan performanya saja, jangan diubah lagi. Karena sudah
banyak cucuran keringat dan darah dari seluruh frontliner di Indonesia untuk
dapat tetap melayani sambil belajar menggunakan prospective payment system dari
INACBG.
Dalam hal ini saya meretas pilihan strategi ketika memasuki era JKN
yaitu dengan LEAN dan Kendali Mutu.Rumah Sakit PELNI sangat mengedepankan
dimensi mutu yang terpecah menjadi lima bagian yaitu Safety,Quality,Delivery, Cost,Morable
Sebagai contoh, saya ambil proses kendali mutu dalam lini farmasi
dan laboratorium.Pada dimensi mutu safety, bagian farmasi menilai pencapaian
terhadap angka kejadian interaksi obat.Kemudian dalam laboratorium ada
pencapaian terhadap angka kejadian nearmiss atau KPC yang berkaitan dengan
budaya staf.
Kendali mutu dari perubahan quality farmasi adalah penurunan
ketersediaan obat dan dari laboratorium
menurunkan angka kehilangan sampel. Selanjutnya kendali mutu delivery farmasi
adalah memperbaiki respon time delivery obat ke rawat inap dan kendali mutu
laboratorium adalah memperbaiki turnaround time pemeriksaan.Kendali mutu cost
farmasi yaitu menurunkan nilai stock sementara daro laboratorium menurunkan
biaya/cost unit.Dalam kendali mutu morale farmasi dan laboratorium sama sama
memiliki peningkatan angka kepuasan pegawai.
Perubahan Rumah sakit PELNI sendiri dalam era JKN ini adala terus menerus melakukan perbaikan
oleh semua karyawan yang fokus pada perubahan-perubahan kecil di pelayanan
maupun di manajemen yang berdampak besar
dengan metode KAIZEN.
Jika diakumulasi maka dari 53 Tim KAIZEN yang dimiliki Rumah Sakit
PELNI telah menghasilkan 500 ide perbaikan yang menghasilkan 150 ribu menit
perbaikan waktu layanan,9 milyar saving cost hingga tahun 2016.Sepatutnya saya
harus lebih menempatkan diri sebagai teman terbaik dan terpecaya dalam lingup
organisasi ini.
Maka mengatasi benar benar sebuah kepuasan.Bagi saya,segala visi
akan menjadi jelas hanya ketika kita dapat melihat kedalam hati dan alam pikiran
sendiri.Ketika saya melihat keluar maka saya melihat gumpalan mimpi dan ketika
saya melihat kedalam maka saya bergegas bangkit.
Komentar
Posting Komentar