Duduk sebagai orang nomor satu di sebuah Rumah Sakit
BUMN yang berada di bawah naungan PT Pelayaran Indonesia (Persero)yang diresmikan
pada 21 April 1918 ini,sungguh sangat menantang profesi saya yang bukan sebagai
seorang dokter bedah jantung saja, namun melatih kepiawaian saya sebagai perempuan
yang lama bergelut dalam Pengelolaan Rumah Sakit..
Sejak 2014, saya diamanahi tugas luhur untuk
menahkodai Rumah Sakit PELNI.Tandanya, menahkodai Rumah Sakit berusia Sembilan
puluh enam tahun dengan kultur budaya yang sudah terbentuk, otomatis menggerakkan
seluruh kemampuan - utama adalah dasar
kepemimpinan yang saya gaungkan bahwa di manapun berada,kita haruslah mempunya
visi yang jelas.Dari itu, sigap saya melakukan perombakan manajemen sejak bulan
pertama menduduki fungsi di manajemen Rumah Sakit PELNI.
Aroma Rumah Sakit bukanlah atmosfer yang asing bagi
saya.”Petualangan” saya sebagai dokter spesialis bedah toraks dan
kardiovascular yang juga pernah melahirkan Unit Pelayanan Jantung Terpadu tentu
mendidik jiwa saya yang berlumur pengalaman menghadapi permasalahan pada pusat
kehidupan manusia.Dengannya, tumbuhlah kecintaan saya terhadap ilmu manajemen.
Bila menjadi seorang dokter meretas kebahagiaan tersendiri karena menolong
orang banyak, maka memilih untuk terjun ke dalam kehidupan manajemen bagi saya
pun harus tetap menjadi penolong untuk orang banyak dalam artian menolong
kesulitan pasien dan pelayanan jasa rumah sakit yang harus dibenahi
Sebesar peran seorang dokter bagi keselamatan jiwa
pasien, lini manajemen bagi saya pun punya peran besar membuat aturan yang
berpihak pada masyarakat.Kemudianlah saya merasa abdi saya akan lebih
bermanfaat untuk menjadi seorang leader karena bisa melakukan sesuatu yang
bernilai dalam lingkup manajemen Rumah Sakit.
Kekuatan setiap orang bermula dari perjalanan hidup
luar biasa yang pernah ia lalui.Menemui banyak persoalan dan tantangan dalam
lingkungan akan memberitahunya tentang makna hidup. Hal ini pernah saya alami
ketika kali pertama bertugas sebagai seorang dokter yang baru saja lulus dari Perguruan
Tinggi Negeri nomor satu di Indonesia dan terbang ke Timor Timor sebagai seorang
staff kemudian menjadi kepala puskesmas di Ermera. Sejak saat itu, ada kekuatan
yang lahir dari dalam hati dan niat saya bahwa keberhasilan seorang dokter
adalah harus cepat menangani seluruh pasien, setibanya di rumah sakit tanpa
harus melihat siapakah pasien tersebut.
Pergumulan yang penuh tekanan hidup seringkali
membuat orang kehilangan harapan. Hal ini saya ibaratkan sebagai sebuah rumah
sakit yang hampir berusia seratus tahun dan sangat membutuhkan penyegaran untuk
kembali mendulang harapan harapan lebih baik lagi.Maka titik juang pertama bagi
saya adalah membuat perencanaan ulang pembangunan rumah sakit tersebut.Titik
yang terdengar sederhana namun luar biasa terdiri dari gabungan titik titik
rumit yang harus saya bentangkan kemudian di pasang kembali seperti menyusun
sebuah puzzle.
Bersyukur saya pernah dirundung perasaan iri untuk
sesuatu hal yang membangun. Perasaan iri saya terhadap fasilitas fasilitas
canggih di berbagai rumah sakit di negara negara berkembang lainnya, mendorong
saya saat masa kebelakang untuk meraih beasiswa belajar sambil bekerja di
Malaysia,Boston,Australia dan India yang melahirkan pola pikir baru dalam diri
saya bahwa negeri ini sudah cukup memiliki dokter dokter yang berkualitas namun
belum didukung oleh fasilitas fasilitas yang mumpuni. Dan belum memiliki center jantung khusus yang menangani
pasien pasien jantung dari kalangan kurang mampu.
Dari itulah –rasanya bukan sebuah kebetulan ketika
saya diamanahi untuk duduk sebagai leader di Rumah Sakit PELNI di tahun 2014
dan di tahun yang sama pula lahirlah sebuah kebijakan baru JKN(Jaminan
Kesehatan Masyarakat) yang dikenal masyarakat dengan nama BPJS . Disruption Innovation (melakukan kerja
yang inovatif) menjadi langkah awal saya untuk memulai pembangunan fisik dengan
membenahi penampilan rumah sakit,
membenahi manajemen rumahsakit dan proyek proyek peningkatan Sumber Daya
Manusia.Mimpi besar saya rumah sakit PELNI jelang usia seratus tahun tumbuh
sebagai rumah sakit dengan fasilitas memadai, penataan organisasi yang
sehat,dan membina Sumber Daya Manusia yang unggul.
Bukan sekadar berapa tinggi mimpi mimpi saya tetapi
seberapa tepat saya mendarat. Menciptakan sebuah “produk baru” harus ada “orang
kejam” dalam hal kegigihan memperjuangkannya. Sebuah inovasi dari Jepang yang
memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus akhirnya
menjadi pilihan tepat saya ketika menikahi ide dan tugas sebagai pemimpin. Kai memiliki arti perubahan dan Zen memiliki arti baik, menjadi kunci
utama manajemen Rumah Sakit PELNI dengan wajah baru. KAIZEN dan LEAN Management
bukan tentang mimpi yang menggelak saja namun kegairahan mengeksekusinya
seperti pecahan puzzle.
Bersama Team solid yang sudah saya bentuk, sambil
menyusun puzzle saya melakukan tracer management
yaitu memastikan proses berjalan sesuai standar yang ditetapkan dan
memenuhi ekspetasi pelanggan. Maka pantaslah bila saya begitu mensyukuri karier
saya sebagai seorang leader bahwa sepanjang hari bersentuhan dengan rencana
strategi dan selalu melihat kegiatan perusahaannya dalam relasi Cause-Effect
Dan bagi saya, tidak ada satupun kekhawatiran
tentang konsep dahsyat KAIZEN akan ditiru rumah sakit lain di Indonesia. Justru
saya sengaja berbagi mengadopsi ilmu yang sudah kami terapkan ini untuk seuruh
Rumah Sakit di Indonesia. Kenapa ? karena Rumah Sakit harus menjadi Tempat
Terbaik dan Teman Terpecaya bagi seluruh masyarakat dan orang orang yang kita
sayangi.Dan mengadopsi ilmu bukan sama sekali ancaman bagi saya dan organisasi
yang saya pimpin. Kenapa ? karena setiap
individu hanya dijajah oleh kemalasannya sendiri sehingga menunda kemerdekaan
prestasinya sendiri.
Komentar
Posting Komentar